• Home

    Home


  • Articles

    Articles


  • Happenings

    Happenings


  • Eksentriks

    Eksentriks


  • Community

    Community

  • Home
  • Asian Arts Magazine  ▾
    • Arts
    • Culture
    • Films
    • Literature
    • Music
    • Performing Arts
    • Photography
    • Poems
    • Stories
  • Artist Registry
  • Arts Community
  • Happenings

  • Sign In
  • Submit Stories & Poems
  • List Your Events
  • Be On Artist Registry

  • What Is Eksentrika?
  • Get In Touch With Us
  • FAQ
  • Join Our Monthly Newsletter
  • Eksentrika Facebook
  • Eksentrika Instagram
  • Eksentrika Twitter
  • Eksentrika Linkedin
  • Eksentrika Telegram
  • Start Writing
  • Asian Arts Magazine
  • Artist Registry
Arts & Culture Malaysia | Eksentrika
Eksentrika Login
Puisi Yang Terakhir Buatmu (untuk f) oleh Amir Hadi
Amirhadi

Written by Amirhadi

Puisi Yang Terakhir Buatmu (untuk f) oleh Amir Hadi

Share this article via


Aku menyanggah taufan noda hanya dengan menggunakan sebilah puisi yang tajam dan berdiksi- Dan aku katakan taufan noda itu adalah seorang yang pernah berbicara bersama, bercanda dan berdiskusi tentang pelajaran di meja batu- Ketika aku menyulam tanda tanya pada dunia,- mengapa nuraga bermain sorok-sorok di balik kelopak-kelopak awan, nurani sendiri membawa tujuan yang mampu ditafsir.

‘Awak pernah terfikir tak untuk jadi seorang penulis’ memori mengutarakan dirinya. SEDERAP DETAK MENGGELORA.
Aku tersentak di arus sunyi-pojok kamar-hening dalam bingit gema kipas dan gamat cengkerik. Tak mampu untuk menjawab soalan yang satu ini.

Sejak dari itu tekadku membulat. Aku mula menulis dengan seluhur pena. Resah ini menyenangkan nurani. Namun fitnah mula melanda. Bagai wabak korona yang mecengkam dunia. Lara datang buat kali pertama menjemputku ke dunia belasungkawa.

Aku menatap wajahnya. Mungkin buat kali terakhir. Semua sudah siaga menjadi majnun mempercayai bisikan angin. Angan-angan menyebarkan bara ke seluruh dunia.

Bila kukatakan hati ini adalah daerah untuknya? Dan dia memarahi aku-mungkin buat kali terakhir juga. Dengan hati yang sama. Hmmm… aku campuradukkan puisiku buat kali terakhir dengan dirinya. Puisi itu berbunyi begini:

Jika kamu adalah bulan
Aku adalah malam
Kau sentiasa menerangi
Hati yang debar dan sunyi.

 

Hantar cerpen, puisi, esei, ulasan dan banyak lagi di sini.

Orang ramai juga membaca puisi-puisi ini:

Kisah Si Lalat Dan Si Manusia oleh PL Weng

Pengabdian Malam oleh M. Syawalfitri M. Fauzi

Pulang Sebelum Fajar oleh Abdullah Hussaini

Jangan Lupakan Dirimu Siapa oleh PL Weng

Gambar ehsan Min An / Pexels. Hak cipta ‘Puisi Yang Terakhir Buatmu’ adalah milik Amir Hadi.

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

Contribute to Us

We accept short stories, poems, opinion pieces, and essays on a complimentary basis.

SUBMIT

Other Stories You May Like

POETRY| The Time Traveller by Lavinia Grace Sebastian

The Time Traveller by Lavinia Grace Sebastian

Lavinia Grace Sebastian

POETRY | A Clock is Cooking by Derek Yong

A Clock is Cooking by Derek Yong

Derek Yong

POETRY | Storm Story by Amizura Hanadi

Storm Story by Amizura Hanadi

Amizura Hanadi

POETRY | Limericks of Unusual Occupations II by PL Weng

Limericks of Unusual Occupations II by PL Weng

PL Weng

POETRY | A to Z Of A Dysfunctional Relationship by Reshma Clare Stanislaus

A to Z of a Dysfunctional Relationship by Reshma Clare Stanislaus

Reshma Clare Stanislaus

Woes of Rain by Amizura Hanadi

Woes of Rain by Amizura Hanadi

Amizura Hanadi

About Eksentrika

Eksentrika is an arts community and an online Asian arts magazine with an artist registry. Join us to get inspired and find Asian artists here!

Quick Links

  • About Eksentrika
  • Contact Us
  • F.A.Q.

Join Our Newsletter

 


All Rights Reserved © 2021 Eksentrika | By eJeeban Web Design Company

  • Eksentrika Facebook
  • Eksentrika Instagram
  • Eksentrika Twitter
  • Eksentrika Linkedin
  • Eksentrika Telegram